Minggu, 02 November 2014

Narciscus


Cinta Ibu Sepanjang Hayat

Beberapa bulan lalu saya dikejutkan oleh kematian seorang ibu di daerah Surabaya. Kematiannya dimuat di harian terbesar di Jawa Timur. Ceritanya berawal dari sang ibu dan anak sedang menunggu suami mengambil helm di rumah. Kemudian mereka menunggu di trotoar. Dalam penantian sang suami di jalan besar yang biasanya dilewati truk - truk besar ukuran tronton, tiba - tiba melintas sebuah truk bermuatan besi kerangka  bangunan. Karena kelebihan muatan truk itu terguling di bahu jalan dan jatuh persis di tempat ibu dan anak itu berdiri. Dengan cekatan sang ibu mendorong anaknya yang masih berusia sekolah dasar ke got samping mereka berdiri. Alhasil, anaknya selamat dan sedangkan sang ibu meninggal tertimpa tulang - tulang besi. Tubuhnya yang kurus dan lemah tak mampu menopang beratnya besi. Tengkorak kepalanya pecah berlumuran darah, tulang - tulangnya retak dan langsung meninggal di tempat. Si anak selamat, hanya mengalami luka - luka ringan di tubuhnya.
Kisah seperti ini juga pernah terjadi di China. Ketika terjadi gempa dahsyat gedung - gedung runtuh, rumah - rumah apalagi. Setelah gempa, Tim SAR melakukan pencarian korban. Ditemukanlah seorang ibu sedang duduk tertelungkup sambil menggendong bayi. Sang ibu meninggal dunia, sedangkan sang anak yang masih kecil selamat. Rupanya sang ibu itu melindungi anaknya dari reruntuhan puing - puing bangunan dengan tubuhnya sendiri.
Masih banyak lagi cerita seperti ini bertebaran mengisi langit - langit berita. dari zaman dahuli sampai sekarang cerita ini terus berulang. Sepertinya Tuhan ingin memperlihatkan pada kita bahwa cinta seorang ibu tak akan pernah tergantikan oleh apapun. Cinta seorang ibu tak akan pernah tergantikan oleh siapapun. Cinta seorang ibu tak bisa ditukar oleh materi, tak bisa dibeli oleh dinar. Cinta seorang ibu hanya dibalas dengan cinta itu sendiri.
Bertanyalah pada diri kita sendiri, apa kita sudah mencintainya? Seberapa sering wajah ibu hadir dalam benak kita? Seperti apakah hati ini terhadap perasaannya? Seberapa besar nilai pengorbanan kita untuknya? Masih adakah sisa - sisa hidup ini yang akan dipersembahkan untuknya? Apakah dia menjadi urutan pertama dalam deretan orang yang engkau bahagiaskan kelak ketika sukses telah diraih?
Saat ia terbaring di pembaringan mendekatlah padanya. Tatap wajahnya yang sudah menua. Di sana ada keriput - keriput kecil menghiasi sebagian wajahnya. Lihatlah wajahnya dengan tajam, jangan biarkan mata berkerdip. Nikmati keindahan raut wajahnya., pandangilah dengan tatapan cinta karena ibu adalah kekasih sejati kita. Teruslah memandangnya dengan penuh kasih, anggap ini sebagai momen terakhir engkau melihatnya. Bisa jadi ia akan terus berbaring dan tidak akan pernah bangun untuk selama - lamanya.
 Lihat matanya, yang dulu sering menatapmu dengan sayang. Kadang butiran mata keluar darinya karena menahan amarah, emosi dan gejolak perasaan disebabkan tingkahmu tapi ibu tak pernaha menunjukkan tangisnya padamu. Lihat wajahnya, kecantikannya yang pudar, tak sempat melakuka perawatan berkala karena waktunya diberikan semua untukmu.
Sekarang pegang tangannya. Tangan itu yang dulu memandikan, menyuapi makan, menggendong, memakaikan  baju, menaburkan bedak di seluruh tubuh kecilmu. Tangan yang membantumu berjalan, menuntun kemana pun engkau pergi. Carilah bekas - bekas jasa tangan ibumu untukmu dan engkau tak akan pernah menemukan hal itu karena rasa cintanya telah menghapus semuanya.
Semua pemberiannya tak pernah berbekas di fisik, hati, dan jiwanya karena semua itu telah diikhlaskan. Cinta pada anaknya telah membuat sang ibu ikhlas melakukan apapun bahkan nyawa pun diberikan. Sungguh cinta tanpa batas pengorbanan. Seluruh hidup dibaktikan untuk seorang anak. Lantas apa yang telah engkau berikan padanya? Rangkul, peluk, dan cium ibu, katakan, " Ibu aku mencintaimu, Yaa Allah ampuni dosa - dosa ibuku, sayangi dia sebagaimana ia menyayangiku."
Cintailah ibu seperti dia mencintaimu dengan sepenuh hati, jiwa, dan raga. Tidak akan ada orang di dunia ini yang rela mati untuk kita, mengorbankan jiwa raganya demi cinta cinta pada anaknya.
Cintailah ibu seperti dia mencintaimu tanpa pamrih. Cintanya hanya memberi, memberi, dan memberi. Tak ada secuilpun cintanya yang menuntt imbalan pada anaknya. Ibu mencintai anaknya karena cinta bukan karena yang lain. Cinta ibu bukan ada apanya tapi apa adanya.
Cintailah ibu sepanjang detak jantung masih bergetar karena cinta ibu sepanjang masa. Mulai dari engkau tiada, ada dalam rahim, lahir, bayi, anak, remaja, dewasa, tua, hingga akhir kehidupan ini cintanya pun terus mengalir tiada henti. Cintaiolah ibu seperti dia mencintaimu, memberikan kehidupan yang terbaik untukmu. Karena itu cintailah dia dan berikan yang terbaik untuk kehidupannya dan kehidupanmu. ( Disadur dari bmhnews. Edisi Shafar 1433h/ Januari 2012